Duka Cinta Terdalam membuat Diriku Terjerat Narkoba


KARENA ingin menghapus kenangan terindah bersama isteri tercintanya yang telah meninggal dunia, R. Karya Sampurna, malah kecanduan narkoba. Selama dua tahun, ia menjadikan dirinya budak sabhu dan ekstasi sebagai pelarian masalahnya. Beruntung ia segera menyadarinya, sebab kalau terus berlanjut, ini bisa berubah menjadi mimpi buruk buat diri dan keluarganya.

Tahun 2003 sampai 2005 lalu adalah masa-masa keterpurukan hidup R. Karya Sampurna yang lebih akrab disapa Nana. Ia mengenang kembali mimpi buruk yang dialami pada enam tahun yang lalu, dimana karena meninggalnya isteri tercinta ternyata membuatnya menjadi depresi. Meski berbagai upaya untuk melupakan peristiwa itu telah dilakukan, namun tidak juga berhasil. Hingga akhirnya ia menggunakan narkoba sebagai jawabannya walaupun Ia sadar bahwa hal itu telah melucuti dirinya,
Nana adalah tenaga staf administrasi disalah satu perusahaan swasta di Serang Banten. Sejak meninggalnya isteri tercinta, 19 Desember 2002 lalu akibat hipertensi ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengurung di kamar dan menutup diri dari pergaulan luar. Bahkan, teman-teman di kantornya pun banyak yang menyarankan agar ia jangan larut berkepanjangan karena peristiwa itu, dan harus bisa melupakannya. Bagi Nana, walau apa yang disarankan kawan-kawannya memang benar, tapi pada prakteknya tetap saja sulit. “Jujur aja, meski ketika itu kepergian isteriku menghadap Sang Khalik sudah berjalan satu tahun, namun bayangan dirinya masih terasa dalam jiwaku. Semakin aku coba untuk melupakan, justru semakin dekat saja bayangan itu, lantaran itu aku jadi stress,“ ujar Nana.

Terjerumus Narkoba
Melihat keadaan diriku yang seperti hidup segan mati tak mau, akhirnya teman-teman se-kantor pada suatu malam minggu mengajakku untuk melihat hiburan dangdut di Citeras, Serang. ”Pikirku daripada melamun, kenapa aku tidak mulai menghibur diriku dari kedukaan,“ kata Nana menceritakan kembali pengalamannya.
“Lalu setelah berfikir, ku iyakan saja tawaran itu. Ketika itu kami pergi naik mobil kijang, namun setelah melintas di daerah Citeras, kami tidak berhenti, malah bablas ke Jakarta dan akhirnya berhenti disalah satu tempat hiburan malam di Jakarta,” cerita Nana.
Singkat cerita, “Aku diajak berjoget sambil disuguhi segala pernak-pernik kenikmatan yang bisa didapatkan didalam diskotik, mulai dari minuman keras, ekstasi bahkan wanita. Seakan segala suguhan yang kunikmati di tempat hiburan malam itu, beradu cepat dan beradu keras antara musik house mix dan adreanalinku. Dari pengalaman pertama ke diskotik yang aku bisa ceritakan adalah ternyata ekstasi bisa membuatku melupakan segala masalah yang sedang kualami, meski belakangan aku tahu bahwa hal itu hanya bersifat sementara,” katanya.
Meski target sementara untuk melupakan masalah yang selama ini terus menghantui Nana sudah terlihat hasilnya, namun ia belum mau buru-buru meninggalkan dunia gemerlap tersebut. “Seiring perjalanan waktu, aku jadi terbiasa dengan kehidupan malam. Berjoget semalam suntuk, menenggak minuman keras dan mengumbar hasrat dalam pergaulan. Tidak itu saja, narkoba dan sex bebas pasti aku lakoni sebagai syarat ritual perjalanan akhirku melepas segala masalah ini,” papar Nana.
Karena kebiasan buruk itu, ia jadi sering kehabisan uang. “Gajiku yang biasanya bisa bertahan selama selama satu bulan, ludes sebelum waktunya. Agar tetap bertahan, segala peralatan elektronik yang ada di rumah seperti TV, Tape, VCD serta HP menjadi korban untuk menutupi kebutuhan dan kebiasaan burukku ini. Tak jarang akupun kerap meminta uang pada ibuku,” ungkapnya sedih.
Lanjutnya, “Kebahagian yang kudapatkan dengan mengkonsumsi narkoba, ternyata nikmatnya tidak sebanding dengan resiko yang aku hadapi. Aku jadi sering berbohong pada orang tua, sering bolos kerja karena lelah setelah semalaman ke diskotik, belum lagi jika suatu saat nanti aku harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Hidup seperti ini membuatku lelah, aku ingin kehidupan yang lebih baik Pernah aku coba untuk berhenti dari prilaku menyimpang ini, namun hanya bertahan enam bulan, setelah itu akupun kembali lagi kepelukan barang setan tersebut.”
“Sampai suatu saat, aku mengalami peristiwa di Jalan tol Merak – Jakarta, ketika pulang dari diskotik, mobil yang aku tumpangi mengalami kebakaran dibagian kapnya (bagian penutup mesin, red.), akibat air radiatornya kering. Seketika itu aku langsung punya firasat, mungkin Tuhan mulai memperingatiku agar segera menghentikan kebiasan buruk ini, sebelum semuanya berakhir sia-sia. Dari peristiwa itu, aku bertekad untuk melepaskan diri dari belenggu narkoba yang telah menjeratku selama dua tahun,” .
Menutut Nana, “Untuk melepaskan narkoba, memang aku tidak masuk rehabilitasi. Namun, aku terus mendekatkan diri pada Allah, bertaubat dan mohon ampunannya. Dan peristiwa tol Merak – Jakarta itulah yang akhirnya mampu menghentikan pengembaraanku pada dunia gemerlap hiburan malam.”

“Yah..dua tahun aku telah menjadi pesakitan, dan buatku itu sangat menyiksa. Sekarang waktunya bagiku untuk memikirkan masa depan dan keluargaku. Apalagi, kini aku telah menikah lagi dengan seorang wanita yang kukenal ketika kami sama-sama naik bis jurusan Rangkas – Merak. Meski ia telah mempunyai anak dari perceraian dengan suami pertamanya, buatku tidak masalah, bahkan aku bersyukur, karena telah dipertemukan jodoh oleh Tuhan. Kini tekadku telah memiliki tepi, dan akan ku jadikan sebagai titik balik kehidupanku kearah yang lebih baik bersama keluargaku. Amin.” Demikian pengakuan R. Karya Sampurna alias Nana yang berdomisili di Serang – Banten kepada Tabloid SADAR (W)

0 komentar: