BEREBUT KASIH SAYANG DENGAN BANDAR



Ronny Pattinasarani
BEREBUT KASIH SAYANG DENGAN BANDAR

Di jagad persepak bolaan tanah air dialah sang macan lapangan. Seorang yang siap menjemput bola di manapun disepak. Pada masa-masa jayanya, ia tampil sebagai pemain dan pelatih sepak bola yang paling dicari oleh klub papan atas. Hingga datang suatu masa yang paling suram… ditengah gelap malam yang senyap, dengan langkah gontai menyusuri hitam jalanan mencari-cari dimanakah gerangan sang anak yang ia kasihi.

Saya sudah tidak perduli lagi orang mau sebut apa Ronny Pattinasarani. Kawan-kawan saya bilang , ‘eh sudah gila barangkali si Ronny, kok jalan malam-malam sendirian…’ “Saya akan lakukan apa saja, dan saya akan lepaskan apa saja yang ada pada diri saya demi anak saya yang sedang menderita”, demikian penuturan Ronny Pattinasarani dalam suatu perjuampaan dengan SADAR di kawasan Kemang.
Berkali-kali Ronny menekankan bahwa dirinya lah yang salah sehingga kedua anaknya menderita oleh kecanduan narkoba. “Saya sebenarnya sedang dihukum melalui apa yang menimpa anak-anak saya”, ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Ya, Ronny harus menerima kenyataan bahwa dua anak laki-lakinya terjerat zat yang mematikan itu.
Ketika ia memandangi anaknya yang tertidur di kamar setelah didera siksaan menahan candu, hatinya berbisik, “Apa kesalahan anak ini sehingga ia harus menderita seperti ini?”
Demi mengasihi kedua anaknya, Ronny melepaskan pekerjaannya sebagai pelatih sepak bola yang merupakan sumber pemasukan terbesar buat keluarga. Ia mencurahkan seluruh waktunya untuk mengurusi mereka. Kapan saja ia dibutuhkan, ia akan selalu ada disamping mereka. Kasih sayang yang bercampur rasa iba dan perasaan ikut menderita yang ditunjukkan Ronny, menghasilkan bentuk perhatian yang sulit dimengerti siapapun juga. Dengan sukarela, Ronny acap menyediakan putaw ketika kedua anaknya sedang membutuhkan. Ia mendampingi hingga ke tempat Bandar untuk membelikannya langsung buat mereka.


Hidup Mati, Beda Tipis
Cahaya lampu hiasan di Dimsum Festival tempat kami bertemu malam itu, meremang, seolah ingin memprotes tindakan Ronny terhadap anak-anaknya. Kenapa bisa begitu? “Alasannya hanya satu”, jelas Ronny, “Saya tidak tega melihat anak saya menderita. Setelah saya lihat sendiri didepan mata saya, putaw yang mereka pakai bisa melepaskan mereka dari penderitaan, saya merasa wajib menyediakannya untuk mereka. Pada saat itu, saya juga menangis karena saya tahu saya ikut membunuh anak saya secara perlahan. Saya tidak punya pilihan lain selain saya harus menolong anak saya segera lepas dari penderitaannya walaupun hanya sesaat. Saya lakukan itu juga karena saya tahu pasti, anak saya sudah bertekad mau sembuh. Tapi mereka kan tidak punya jalan keluar… Supaya mereka tidak lekas menyerah, saya ingin mereka teryakini bahwa saya sangat peduli dengan keadaan mereka”.
Lagi-lagi akal manusia sulit menyelami pengalaman pribadi seseorang yang berpasrah dalam iman, seperti yang dialami Ronny. Berikut kesaksiannya: “Bukan karena saya frustasi atau putus asa, tapi karena saya sudah siap kalau pada akirnya saya akan kehilangan kedua anak saya. Buat pemakai narkoba, kemungkinan hidup atau mati itu beda tipis. Cepat atau lambat anak saya akan meninggal, entah itu karena over dosis atau jadi perampok diluar lalu terbunuh oleh polisi, tapi kalau tokh itu terjadi, mereka sedang berada dalam kasih sayang saya. Itu kekuatan saya juga untuk sealu bertahan agar anak saya bisa sembuh. Karena saya yakin tidak ada kata menyerah sama Tuhan, walaupun kita sendiri babak belur”.
Ronny sampai pada satu titik balik dalam pengabdiannya kepada keluarga, khususnya kedua anak laki-lakinya yang sedang berjuang untuk sembuh. Ia memutuskan untuk mengurus sendiri anak-anaknya. “Sebab setelah dua kali terapi dengan dokter, kedadaan mereka tidak kunjung membaik. Lalu saya ulangi lagi dengan dokter yang lain, tetap tidak baik juga. Hati saya tidak rela seandainya mereka meninggal saat sedang ditangani dokter atau yang lainnya. Jadi saya mengubah sendiri cara penyembuhannya, yaitu dengan mendekatkan diri saya secara pribadi kepada Tuhan dan kepada mereka”, tutur Ronny yang mengungkapkan bahwa rahasia sukses kesembuhan kedua anaknya merupakan proses yang berlangsung melalui tiga simpul hubungan antara dirinya dengan Tuhan, keluarga, dan anak-anaknya. Menurut Ronny, yang membuat rumah tangga menjadi terang bagi anak adalah kasih sayang.
Karena itu ia dan istrinya selalu memperlihatkan kesatuan pendapat. “Mengurus anak normal saja pusing, apa jadinya kalau kita sering ribut-ribut didepan mereka?” sambungnya.
Sofyan Ali, Ketua Gerakan Anti Madat [GERAM], yang menjadi fasilitator kami bertemu dengan Ronny Pattinasarani malam itu menambahkan, “Kalau ada anak terkena narkoba, satu keluarga bisa mati. Masalah narkoba ditengah keluarga menyebabkan tingkat keributan keluarga., utamanya selisih pendapat antar suami-isteri, begitu tinggi sehingga hal itu sering berujung pada perceraian”.

Keduanya Terjerumus Narkoba
Kasih sayang yang ia berikan bukan sekedar ungkapan, namun ia praktekan dalam sikap dan perbuatan. Buahnya ialah anak-anak Ronny, yang termasuk anak penurut terhadap orangtuanya. Ronny bercerita suatu kali anaknya terlihat mengambil barang dari rumah dan pergi mencari putaw, lalu ia kejar dan menyuruhnya pulang, saat itu juga dia akan pulang dan mengembalikan barang. Teringat hal itu Ronny terharu sekai sebab ia tahu anaknya saat itu sedang butuh-butuhnya. Tpi karena anaknya merasakan kasih sayang yang nyata dari dirinya, anaknya tidak pernah sedikitpun melawan dan tidak pernah mau ribut dengannya. Itu pengakuan anaknya setelah sembuh, ketika ditanyakan kembali oleh Ronny setelah tiga tahun lamanya menangani mereka.
Anak kedua Ronny, lebih dahulu terjerumus narkoba. Baru kemudian menyusul kakaknya. Pertamakali anaknya mengaku memakai narkoba, reaksi Ronny biasa saja. Karena informasi tentang putaw waktu itu belum bayak , ia pikir putaw hanya semacam minuman ringan beralkohol atau sejenis obat nipam yang tidak terlalu ganas. “Saya curiga, sakit panas dinginnya anak saya, kok lain meskipun sudah dibawa ke dokter, lalu saya cari tahu apa sih putaw, apa sih shabu. Begitu tahu dari teman yang sering pakai, saya kaget setengah mati…”

Tidak Boleh Saling Menyalahkan
Apa tindakan selanjutnya? “Langkah pertama, saya beritahu Stella, isteri saya. Saya bilang, ‘Anak kita Jerry pakai narkoba. Ini bukan aib, hanya suatu musibah. Karena itu kita harus tolong kita punya anak’. Lantas komitmen awal kami adalah agar diantara kami berdua tidak boleh saling menyalahkan. Setelah itu kami bawa dia menjalani perawatan medis. Tapi tidak sembuh. Si kakak yang tadinya disuruh jaga, malahan ikut-ikutan pakai. Mulailah dari situ barang-barang dirumah sering berhilangan”. Kenang Ronny.
Bagaimana agar emosi tetap terjaga? “Dengan doa. Jarang saya sampai marah-marah. Pernah jam 1 malam orang menggedor pintu rumah. Katanya anak saya punya utang. Mau bilang apa kecuali saya minta maaf… Begitu anak pulang, saya tidak apa-apakan dia sebab dia sendiri dalam posisi otak yang tidak normal. Saya hanya buang waktu dan tenaga bicara dengan orang seperti itu. Yang bisa saya perlihatkan hanya sikap. Saya rangkul dia. Lalu dikamarnya saya sempatkan tidur disampingnya biar cuma lima menit. Jadi hanya itu. Kalau kita ngomel bisa-bisa dia malah kabur lagi”. Bentuk kasih sayang lainnya? “Waktu, kedekatan, dan yang paling penting sikap, itu yang dibutuhkan anak”, kata Ronny mantap, “Misalnya sewaktu dia pulang, saya peluk lantas saya tanya dia darimana saja… Dia pikir dia akan dimarahi ternyata tidak”.
Ketika berurusan dengan Bandar? “Saya tidak dendam, karena megurus anak saya sudah susah. Buat apa tambah masalah? Cuma kepada bandarnya saya bilang, dia tahu saya siapa, dan saya tahu dia siapa, jadi saya minta dia jangan berbuat macam-macam dengan anak saya. Saya tidak mau keras-kerasan , karena itupun tidak akan menolong anak saya, tapi bisa malahan lebih parah”.
Menurut catatan Sofyan Ali, bandar bisa menghabisi pelanggan yang ia rasa sudah mengancam keberadaannya, dengan melebihkan dosis pemakaian narkoba secara sengaja atau mencampurnya dengan bahan yang mematikan. Berkaitan dengan itu, Ronny pernah menyaksikan dua teman anaknya meninggal akibat over dosis, namun dalam pikirannya mereka sebenarnya dibunuh. Itulah yang ia jaga dari anaknya. “Makannya saya berebutan kasih sayang sama bandar”, tandasnya. Ronny mengakui kalau dirinya dulu kurang memberikan kasih sayang dikarenakan jadwalnya yang padat sebagai pelatih diberbagai tim kesebelasan daerah sehingga ia jarang bertemu anak. “Makannya saya anggap ini semua hukuman. Tapi Tuhan tidak menghukum langsung, melainkan melalui anak saya. Hukumannya sangat berat... sangat berat… sangat berat”, tambahnya penuh sesal.

Minum Racun Serangga
Seperti apa perasaan ikut menderita? “Pada waktu anak saya sakaw, saya peluk dia terus… Dia meraung minta tolong agar badannya dipukuli . Tapi saya tidak lepas. Saya peluk terus. Sampai menjelang pagi, begitu saya ada uang, saya belikan putaw buat dia… Kalau sudah begitu, saya tidak bisa apa-apa lagi. Apalagi kalau kedua anak saya sakaw berbarengan. Belum lagi ketika salah stau dari mereka, saya dapatkan hendak bunuh diri dengan meminum racun serangga. Dia merasa sudah tidak punya kekuatan lagi untuk sembuh. Dan dia tidak mau mengecewakan saya orangtuanya. Jadi dia cari jalan pintas daripada menyusahkan orangtua terus, dia lebih pilih mati. Itu pikirannya waktu itu. Saya bersyukur dia masih tetap hidup. Ini yang saya jadikan bahan untuk menghiburnya, bahwa masih ada Tuhan, sahabat yang pasti sanggup menolong. Sejak itu dia punya kekuatan untuk terus bergumul”, papar Ronny sambil memperbaiki posisi duduknya.
Kemana mencari informasi tentang metode-metode penyembuhan dari narkoba? “Nggak tahu, saya seperti kehilangan akal. Tapi dari awal, saya percaya ini hukuman Tuhan. Dan saya yakin hukuman ada batasnya. Yang menghibur saya ialah kalau anak saya belum sembuh, berarti saya belum beres sama Tuhan… jadi saya harus beres dulu. Karena itu saya minta tolong sama Tuhan. Dan sewajarnya kita mendekatkan diri kepada siapa kita mengharapkan pertolongan. Itu yang jadi pegangan saya”. Proses kesembuhan anak-anak Ronny tidak terlepas dari pelayanan gereja. Terapinya, kalau orang sakaw biasanya mencari putaw, disana mereka mencari Firman Tuhan dengan membaca ayat-ayat dari Alkitab dan saling mendoakan. “Dalam Tuhan tidak ada yang mustahil , itu yang selalu saya ingatkan pada mereka”, tambah Ronny yang mendapatkan kekuatan diri dengan selalu berdoa.
Apa pengalaman berharga dari semua cobaan itu? “Keterlibatan mereka dengan narkoba dan kesembuhan mereka yang ajaib, sangat berhubungan dengan pertobatan keluarga. Keinginan mereka yang kuat untuk sembuh, membawa pemulihan dalam keluarga, sehingga kami sekeluarga bisa selalu kumpul. Kedua anak laki-laki saya yang tadinya dianggap sampah, bisa berjiwa besar meminta maaf. Dan mereka membuat kesaksian itu didepan keluarga dan banyak orang… Kami semua menangis waktu itu”.
Nasihat orangtua yang mengalami masalah yang sama? “Orangtua hendaknya jangan takut kehilangan status, popularitas, atau kenikmatan hidup. Jangan takut berkorban untuk kepentingan anak. Kalau anak berhasil sembuh , pasti berkat lainnya akan datang”.

0 komentar: