Ibarat Pemancing yang dimainkan Ikan


SEWAKTU di pesantren, saya pernah mendengar peringatan seorang kyai, agar jangan lagi menyentuh narkoba karena dapat menyengsarakan diri. Narkoba adalah sesuatu yang tidak berguna dan dapat berakibat kematian. Jadi percuma saja membuang umur hanya untuk menikmati barang haram tersebut.

Bahkan kyai itu pernah membuat perumpamaan, mencoba narkoba itu ibarat tukang pancing yang bisa-bisa dimainkan ikan. Alih-alih memperoleh ikan, malahan kita yang terseret hanyut. Ada benarnya, memang, memasuki dunia narkoba itu bagaikan menceburkan diri kelautan ide yang tidak jelas batas ke dalamannya.
Narkoba bermula dari masalah dan berakhir dengan masalah. Namun, masalah awal dan akhir memiliki bobot yang jauh berbeda. Ketika hidup sedang dirundung masalah dan tak memiliki jawaban bijak dan cerdas, maka hati dan pikiran kita tak lagi tumbuh, terjebak pada kesombongan sekaligus kepicikan hingga akhirnya mencoba narkoba untuk melepas masalah, Padahal itu justru menimbulkan masalah baru yang bisa bermuara pada kematian.
Namaku Bayu (bukan nama sebenarnya). Aku tinggal di Cimanggis, Depok. Pada tahun 1998 hingga 2002, pernah tercatat sebagai santri di salah satu pesantren di daerah Cikarang Jawa Barat. Meski sudah tidak mondok (tinggal) di pesantren lagi, tapi Bayu sebulan sekali masih datang kepesantren untuk mengikuti pengajian guna menambah ilmu keagamaannya. Ia masuk ke pesantren, awalnya bukan lantaran ingin memperdalam ilmu agama, melainkan karena orangtuanya sudah tidak tahu lagi harus mencari panti rehabilitasi seperti apa agar anaknya bisa berhenti pakai narkoba ketika itu.
Beberapa panti rehabilitasi pernah menjadi kost sementaranya, tapi ia tak pernah jera juga untuk tetap pakai barang haram tersebut. “Bersyukur aku dikirim kepesantren, karena kini aku telah sembuh sebelum sempat diciduk aparat karena memakai narkoba, “katanya datar.
Berangkat dari pengalaman yang kerap nyerempet bahaya dan bisa berakhir kematian, kini Bayu sangat ingin bersungguh-sungguh memperdalam ilmu agama bersama sahabat-sahabatnya semasa dulu menjadi ‘pesakitan’ di pesantren untuk meningkatkan kualitas keimanan yang sempurna.

Awal Kisah
Bagaimana Bayu sampai terjerumus narkoba ?. Diakuinya, ia lahir dari keluarga mampu, ternyata membawa penilaian minus yang tak dapat dihindari saat menjalin cinta dengan seorang gadis sebut saja Btari dari keluarga biasa. Sebenarnya Bayu tak pernah mempermasalahkan materi. Bahkan iapun terbiasa makan di warteg atau warung tenda kaki lima, sayangnya hubungan mereka yang telah terjalin lima tahun tidak direstui orangtua Bayu.
“Apalagi waktu itu, aku tengah menempuh semester akhir, gimana ga stres, “katanya sambil menghiasap rokoknya dalam-dalam.
Menurutnya, yang membahagiakannya saat itu adalah cinta Btari yang tidak pernah berubah. Dia tetap Btari yang dikenalnya saat Ospek, penuh ketegaran. Padahal tak terhitung kalinya Btari menangis karena tekanan dari orangtuaku yang mengharuskan kami berpisah. Hubungan kami sempat merenggang. Kami seolah bermain peran, saling menjauh, tak pernah menelpon dan secara rahasia bertemu di tempat-tempat tertentu.
Tapi serapat-rapatnya bermain peran pada akhirnya ketahuan juga. Suatu ketika aku kepergok orangtuaku sedang makan malam bersama Btari. Orangtuaku marah besar begitu tahu aku masih berhubungan dengannya. Diambilnya kunci mobil dan dipaksanya aku untuk naik ke mobil yang ditumpangi orangtuaku. Namun tiidak hanya itu saja, bahkan kekasihku menjadi sasaran kemarahannya. Akupun masih sempat melihat dari balik kaca mobil, Btari beberapa kali menghapus air mata dengan tangannya yang mungil.
Sejak peristiwa itu, untuk menjaga perasan Btari aku memutuskan menjauh darinya. Sialnya, semakin aku berusaha melupakan, semakin dekat saja bayangan dirinya. Kuliahku yang tinggal selangkah lagi, praktis berantakan, apalagi orangtua menuntut untuk segera menyelesaikannya.
Beragam cobaan yang terus menghantamku, membuat jiwaku rapuh. Kesendirian, frustrasi dan entah apalagi yang bergejolak dalam pikiran dan jiwaku. Perasaaan seperti itulah yang mendekam erat dipikiranku dan membuat beban hidupku semakin berat. Gagal dalam urusan cinta dan kuliah mengubah hidupku jadi semakin tak karuan.
Bayang-bayang frustrasi dan keputusasaan menjelma nyata, begitu dekat dimataku. Aku tak kuasa memikulnya. Sebagai pelarian masalah aku sering ke diskotek ‘HP’ sebagai tempat mangkal sehari-hari melepas stress sambil menenggak minuman keras. “Aku juga gak tahu kapan persisnya pakai narkoba. Semuanya mengalir begitu saja. Bosan dengan minuman, aku coba ekstasi terus sabu dan terakhir putaw, “papar Bayu.
Sambil bercerita, sesekali Bayu menghisap rokoknya, kemudian melanjutkan kembali ceritanya. Menurut Bayu, dibawanya ia ke panti rehabilitasi, lantaran kepergok oleh ibunya ketika sedang pakai putaw di kamar. Bapakku yang tengah sibuk kerjapun ditelpon dan dipaksa pulang oleh ibu untuk membuat keputusan buat diriku. Suasana sempat hening sejenak dan tak lama riuh kembali manakala bogem mentah bapakku mendarat dimuka tanpa sempat aku mengelak. Aku coba melawan, tapi lenganku ditarik ibu. Ibupun protes dengan sikap bapak yang tidak dapat mengontrol emosinya. Tak jarang kalimat istiqfar keluar dari mulut ibu untuk menenangkan hati bapak.

Proses Pemulihan
Setelah suasana berubah tenang, kedua orangtuaku membuat keputusan untuk memasukan aku ke salah satu panti rehabilitasi di Jakarta sebagai upaya pengobatan ketergantungan narkoba. Setelah menjalankan serangkaian pengobatan di panti rehabilitasi dan dinyatakan pulih, aku diperbolehkan pulang. Celakanya beberapa bulan kemudian aku relaps (kambuh) lagi. Kemudian aku masuk lagi ke panti rehabilitasi, tapi setelah keluar aku kambuh lagi.
“Beberapa kali aku keluar masuk panti rehabilitasi tapi gak jera-jera juga, sampai-sampai orangtuaku yang gantian frustasi, “kata Bayu setengah bergurau.
Bersyukurlah, aku punya orangtua yang tidak lelah dan patah semangat membantu menyadarkan diri ini untuk segera lepas dari ketergantungan narkoba. Akhirnya aku diajak ke pesantren oleh orangtuaku untuk segera bertobat dari prilaku yang telah menyimpang jauh selama hidup.
“Alhamdulilah, kini aku cukup bahagia. Apalagi kalau ingat pengalaman beberapa tahun lalu, aku masih bergelimang dengan kenistaan duniawi, “ujarnya.
Diakhir wawancara, Bayu mengatakan, meski dirinya pernah gagal dalam cinta, hidup dalam dunia pesta yang tidak pasti dan terjerat narkoba, namun ia sangat yakin hanya ada satu yang bisa memberikan segala yang terindah dalam memilih arah untuk kemana. Kita memohon saja pada yang Maha Pengasih semoga perlindungannya selalu hadir disetiap langkah kita. Oya, tasbih dan sajadah kini selalu ada dibangku belakang mobilnya, Alhamdulilah. (W)

0 komentar: