Kisahku Bersama Seorang Pelacur


PERKENALANNYA dengan seorang pelacur di sebuah diskotik, betul-betul menjadi pukulan berat baginya. Sebab dari perkenalan itu, malah membuatnya menjadi seorang pecandu narkoba yang membuat trauma berkepanjangan

Rony (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pria yang mempunyai wajah yang tampan, atletis serta berkulit putih. Menurut pengakuannya, banyak wanita yang mencoba mendekat, namun ia belum bisa menerima para wanita itu sebagai teman istimewa, dengan alasan, ia tidak mau memanfaatkan mereka hanya untuk sekedar iseng belaka.

Tetapi sebagai lelaki normal, ia mempunyai kebutuhan seks yang tidak bisa dia pungkiri, apalagi ia termasuk memiliki kebiasaan jelek yaitu sering melihat gambar-gambar porno dan membaca cerita-cerita seks di internet. Selain itu, ia tidak mau, ketika pada saat menikah nanti sama sekali buta tentang seks. Namun dari kebiasan buruknya itu, justru awal kisahnya memulai mengonsumsi narkoba.

Kisah itu bermula ketika ia memutuskan untuk pergi ke tempat "senang-senang". Kakinya melangkah masuk ke salah satu diskotik yang lumayan terkenal di Jakarta. Begitu masuk, Rony langsung naik ke lantai dua diskotik tersebut. Di sana, ia melihat ada beberapa pria dewasa sedang duduk dan bercerita di sofa sambil merokok dan minum-minum. Didalam pikirannya, para pria tersebut sedang menunggu wanita langganannya.

Selang 10 menit memperhatikan suasana di dalam diskotik, seorang bartender menyapanya dengan ramah, "Haloo Boss, mau yang mana nihh, "kata Rony menirukan ucapan bartender itu.

Tanpa ragu Rony mengatakan, ia ingin melihat foto-foto seksi yang ada di meja, Akhirnya dengan bantuan bartender itu, ia diperlihatkan beberapa foto-foto wanita. Karena foto-fotonya begitu banyak, akhirnya, Rony disarankan oleh bartender itu untuk memilih wanita yang berambut pirang.

Singkat cerita, entah apa yang terjadi di kamar saat ia berduaan dengan wanita itu (sebut saja namanya Viny). Wajahnya yang cantik ternyata tidak bisa membuat hasratnya meninggi, justru Rony merasakan hampa dan tidak ada gairah.

Akhirnya, Rony memutuskan untuk hanya bercakap-cakap dengan Viny. Dalam percakapannya, Viny banyak bercerita tentang satu anaknya di kampung dan suaminya yang awalnya merantau ke Malaysia, namun hingga saat ini sudah tidak ada kabar beritanya lagi. Selain itu ada keinginannya untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Makanya untuk bertahan hidup ia terpaksa memilih menjadi "hostes"

Namun dibalik keinginan kuat untuk menopang semua kebutuhan keluarga dengan menjual tubuhnya, ternyata iapun pengkonsumsi narkoba dan turut memperjual-belikan pada teman kencannya. Ketika Rony bertanya, kenapa ia melakukannya, Viny hanya menjawab selain keuntungannya yang lumayan, ternyata narkoba dapat membantunya bergairah ketika melayani para hidung belang yang menjadi pelanggannya.

Antara percaya dan tidak percaya, dalam relung hati Rony terselip rasa penasaran. Kemudian Rony mencoba saran yang diberikan Viny. Mulanya ragu, tapi barang haram yang ditawarkan padanya ia coba juga. Setelah mencoba shabu, iapun tidak habis mengerti, perasaan hasratnya benar-benar meninggi.

Diakui Rony, ketika awalnya mencoba shabu untuk memompa hasratnya, ia tak menaruh kecurigaan. Sedikit demi sedikit barang haram itu akan membuatnya menjadi pecandu. Apalagi dalam hatinya ia merasa yakin ia dapat mengontrol agar tidak ketagihan. Namun setelah beberapa kali memakainya, diam-diam Rony mulai merasa ada yang tidak beres dengan tubuh dan jiwanya, karena ternyata ia telah ketagihan, jadi ingin pakai lagi dan lagi.

Dengan kondisi seperti itu, Rony masih tetap percaya saja pada Viny. Bahkan kata hati dan saran teman-temannya untuk menjauhi Viny, ia urungkan. Alhasil, sejak itu, hampir seluruh waktunya ia habiskan di diskotik dan di rumah Viny. Bukan itu saja, bahkan Viny sebenarnya sudah memintanya agar ia tinggal bersamanya, daripada buang-buang uang untuk biaya kontrakan.

Sadar Sebelum Terlambat

Belakangan, setelah menjadi pesakitan selama kurang lebih lima tahun, ia mulai lelah dengan gaya hidup seperti ini. Iapun tidak habis pikir mengapa, sampai bisa berkenalan dengan seorang pelacur yang akhirnya malah menjerumuskan ia dalam pelukan setan narkoba. Padahal, tadinya ia merasa cukup yakin dan kuat untuk tidak terpengaruh apalagi sampai ketagihan.

Dalam hatinya ia berkata sendu “Apa yang telah kulakukan, dosa apa yang harus kutanggung hingga Tuhan memberiku ujian yang begitu berat ini. Dulu, mendengar namanya narkoba saja, aku begitu alergi. Tapi sekarang malah aku yang tak kuasa melepaskannya, dan hidup seperti ini seperti dineraka saja, “ucapnya.

Pada suatu hari Rony meminta ijin pada Viny. Alasannya ingin berkunjung kerumah saudara ibunya didaerah Jawa Timur. Tepat jam duabelas malam, Rony menemui Viny didiskotik tempat ia bekerja. Saat itu Rony berpikir, jika ia masih berhubungan dengan Viny, ia tidak akan bisa lepas dari narkoba, saat inilah waktu yang tepat untuk meninggalkannya.

Kemudian Rony masuk ke diskotik melalui pintu belakang, dan langsung menuju ke kamar tidur Viny tempat dimana ia biasa melayani lelaki hidung belang. Sesampai dikamarnya, Rony melihat Viny sedang tertidur dengan pulasnya bersama seorang lelaki.

Dengan berjalan mengendap-endap, Rony menghampiri Viny, membangunkannya perlahan dan memintanya menuju ke kamar tamu, untuk meminta ijin, kalau besok pagi ia akan keluar daerah menemui saudaranya. “Dan .. itulah malam terakhir, saya melihat wajah Viny, “katanya datar.

Lima tahun sudah kisah gelap bergaul bersama seorang pelacur hingga akhirnya Rony terjerumus narkoba dan kini telah sembuh dari jeratan barang haram itu telah berlalu, namun kisah ini tetap membekas bersama perjalanan hidupnya yang tidak bisa dilupakan begitu saja

Walau Rony kerap berkhayal, entah kapan ia akan bertemu lagi dengan Viny. Karena setelah perbincangannya dengan Viny di diskotik lima tahun silam tersebut, ia bertekad tidak akan lagi masuk ke tempat serupa.

Saat ini ia tetap berharap bisa bertemu lagi dengan Viny, tentu saja dalam kondisi yang lebih baik bukan sebagai seorang "pelayan seks" dan Pelanggannya. Tetapi sebagai seorang sahabat. (W)

Duka Cinta Terdalam membuat Diriku Terjerat Narkoba


KARENA ingin menghapus kenangan terindah bersama isteri tercintanya yang telah meninggal dunia, R. Karya Sampurna, malah kecanduan narkoba. Selama dua tahun, ia menjadikan dirinya budak sabhu dan ekstasi sebagai pelarian masalahnya. Beruntung ia segera menyadarinya, sebab kalau terus berlanjut, ini bisa berubah menjadi mimpi buruk buat diri dan keluarganya.

Tahun 2003 sampai 2005 lalu adalah masa-masa keterpurukan hidup R. Karya Sampurna yang lebih akrab disapa Nana. Ia mengenang kembali mimpi buruk yang dialami pada enam tahun yang lalu, dimana karena meninggalnya isteri tercinta ternyata membuatnya menjadi depresi. Meski berbagai upaya untuk melupakan peristiwa itu telah dilakukan, namun tidak juga berhasil. Hingga akhirnya ia menggunakan narkoba sebagai jawabannya walaupun Ia sadar bahwa hal itu telah melucuti dirinya,
Nana adalah tenaga staf administrasi disalah satu perusahaan swasta di Serang Banten. Sejak meninggalnya isteri tercinta, 19 Desember 2002 lalu akibat hipertensi ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengurung di kamar dan menutup diri dari pergaulan luar. Bahkan, teman-teman di kantornya pun banyak yang menyarankan agar ia jangan larut berkepanjangan karena peristiwa itu, dan harus bisa melupakannya. Bagi Nana, walau apa yang disarankan kawan-kawannya memang benar, tapi pada prakteknya tetap saja sulit. “Jujur aja, meski ketika itu kepergian isteriku menghadap Sang Khalik sudah berjalan satu tahun, namun bayangan dirinya masih terasa dalam jiwaku. Semakin aku coba untuk melupakan, justru semakin dekat saja bayangan itu, lantaran itu aku jadi stress,“ ujar Nana.

Terjerumus Narkoba
Melihat keadaan diriku yang seperti hidup segan mati tak mau, akhirnya teman-teman se-kantor pada suatu malam minggu mengajakku untuk melihat hiburan dangdut di Citeras, Serang. ”Pikirku daripada melamun, kenapa aku tidak mulai menghibur diriku dari kedukaan,“ kata Nana menceritakan kembali pengalamannya.
“Lalu setelah berfikir, ku iyakan saja tawaran itu. Ketika itu kami pergi naik mobil kijang, namun setelah melintas di daerah Citeras, kami tidak berhenti, malah bablas ke Jakarta dan akhirnya berhenti disalah satu tempat hiburan malam di Jakarta,” cerita Nana.
Singkat cerita, “Aku diajak berjoget sambil disuguhi segala pernak-pernik kenikmatan yang bisa didapatkan didalam diskotik, mulai dari minuman keras, ekstasi bahkan wanita. Seakan segala suguhan yang kunikmati di tempat hiburan malam itu, beradu cepat dan beradu keras antara musik house mix dan adreanalinku. Dari pengalaman pertama ke diskotik yang aku bisa ceritakan adalah ternyata ekstasi bisa membuatku melupakan segala masalah yang sedang kualami, meski belakangan aku tahu bahwa hal itu hanya bersifat sementara,” katanya.
Meski target sementara untuk melupakan masalah yang selama ini terus menghantui Nana sudah terlihat hasilnya, namun ia belum mau buru-buru meninggalkan dunia gemerlap tersebut. “Seiring perjalanan waktu, aku jadi terbiasa dengan kehidupan malam. Berjoget semalam suntuk, menenggak minuman keras dan mengumbar hasrat dalam pergaulan. Tidak itu saja, narkoba dan sex bebas pasti aku lakoni sebagai syarat ritual perjalanan akhirku melepas segala masalah ini,” papar Nana.
Karena kebiasan buruk itu, ia jadi sering kehabisan uang. “Gajiku yang biasanya bisa bertahan selama selama satu bulan, ludes sebelum waktunya. Agar tetap bertahan, segala peralatan elektronik yang ada di rumah seperti TV, Tape, VCD serta HP menjadi korban untuk menutupi kebutuhan dan kebiasaan burukku ini. Tak jarang akupun kerap meminta uang pada ibuku,” ungkapnya sedih.
Lanjutnya, “Kebahagian yang kudapatkan dengan mengkonsumsi narkoba, ternyata nikmatnya tidak sebanding dengan resiko yang aku hadapi. Aku jadi sering berbohong pada orang tua, sering bolos kerja karena lelah setelah semalaman ke diskotik, belum lagi jika suatu saat nanti aku harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Hidup seperti ini membuatku lelah, aku ingin kehidupan yang lebih baik Pernah aku coba untuk berhenti dari prilaku menyimpang ini, namun hanya bertahan enam bulan, setelah itu akupun kembali lagi kepelukan barang setan tersebut.”
“Sampai suatu saat, aku mengalami peristiwa di Jalan tol Merak – Jakarta, ketika pulang dari diskotik, mobil yang aku tumpangi mengalami kebakaran dibagian kapnya (bagian penutup mesin, red.), akibat air radiatornya kering. Seketika itu aku langsung punya firasat, mungkin Tuhan mulai memperingatiku agar segera menghentikan kebiasan buruk ini, sebelum semuanya berakhir sia-sia. Dari peristiwa itu, aku bertekad untuk melepaskan diri dari belenggu narkoba yang telah menjeratku selama dua tahun,” .
Menutut Nana, “Untuk melepaskan narkoba, memang aku tidak masuk rehabilitasi. Namun, aku terus mendekatkan diri pada Allah, bertaubat dan mohon ampunannya. Dan peristiwa tol Merak – Jakarta itulah yang akhirnya mampu menghentikan pengembaraanku pada dunia gemerlap hiburan malam.”

“Yah..dua tahun aku telah menjadi pesakitan, dan buatku itu sangat menyiksa. Sekarang waktunya bagiku untuk memikirkan masa depan dan keluargaku. Apalagi, kini aku telah menikah lagi dengan seorang wanita yang kukenal ketika kami sama-sama naik bis jurusan Rangkas – Merak. Meski ia telah mempunyai anak dari perceraian dengan suami pertamanya, buatku tidak masalah, bahkan aku bersyukur, karena telah dipertemukan jodoh oleh Tuhan. Kini tekadku telah memiliki tepi, dan akan ku jadikan sebagai titik balik kehidupanku kearah yang lebih baik bersama keluargaku. Amin.” Demikian pengakuan R. Karya Sampurna alias Nana yang berdomisili di Serang – Banten kepada Tabloid SADAR (W)