Pernah Menggelandang di Jalanan


Yoan Tanamal
Pernah Menggelandang di Jalanan

SECARA penuh, dirinya telah clean dari narkoba. Saat inipun kesibukannya kerap dipenuhi dengan mengisi berbagai acara penyuluhan kepada korban narkoba. Terkadang, ia juga rela berbagi cerita mengenai pengalamannya ketika terjerat narkoba. Kepada SADAR, mantan penyanyi cilik di era 70-an inipun rela meluangkan waktunya bercerita.

Yohana Maria Frances Tanamal, atau biasa disapa dengan Yoan Tanamal. Pada bulan Juni 2002, berbagai pemberitaan ramai menurunkan laporan mengenai dirinya. Pasalnya, saat itu puteri dari pasangan musisi Enteng Tanamal dan artis Tanty Yosepha ini tertangkap tangan oleh polisi ketika ingin membeli putaw di suatu kawasan di Jakarta. “Ternyata, tempat yang saya datangi untuk membeli narkoba tersebut telah diawasi oleh polisi sejak lama.“ akunya ringkas.
Diakui Yoan, sebenarnya saat itu ia ingin mengunjungi pengasuhnya. Namun, pada saat yang bersamaan dirinya mengalami sakaw. Akhirnya, iapun banting stir untuk mampir membeli putaw terlebih dahulu. Dalam keadaan sakaw, di tempat transaksi itulah ia tertangkap.
Ruang tahanan Polres Jakarta Selatan akhirnya menjadi tempat persinggahan Yoan. Kurang lebih 50 hari lamanya ia mendekam di ruang pesakitan tersebut. Ia tidak bisa bebuat apa-apa lagi dan hanya bisa menerima segala hukuman yang ditimpakan kepadanya. “Lima puluh hari memang bukan waktu yang lama. Tapi, saya merasa sampai busuk berada di situ. Harga barang memang cuma 50 ribu. Tapi tuntutannya seumur hidup dan mati.” kenang Yoan.
Yoan akhirnya dipindahkan ke Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Berbagai penyesalan terhadap segala kelakuan buruk yang pernah ia lakukan, selalu menghinggapi pikirannya. Namun, akibat hal itulah ia mengaku banyak menemukan berbagai pencerahan. “Di situlah saya lebih bersyukur terhadap segala yang diberikan oleh Tuhan selama ini. Saya jadi lebih berpikir bahwa sebenarnya Tuhan sangat banyak memberikan keberkahan kepada saya. Termasuk orang-orang di sekitar saya yang sangat perhatian dan peduli kepada saya.” tutur Yoan dengan mata berbinar.

Mencoba Obat Penenang
Sebelumnya, pelantun lagu Si Kodok ini bercerita tentang awal mula dirinya terlibat dengan narkoba. Saat itu, bangku Sekolah Menengah Atas sedang dikenyamnya. Umurnya masih 16 tahun.

Dari sekolah menengah pertama, Yoan remaja memang sudah nakal. Namun, baru ketika SMA kenakalannya makin menjadi. Secara gamblang ia mengakui, peristiwa perceraian yang menimpa orang tua tercinta memang sangat mempengaruhi kehidupannya. Namun, dengan tegas ia menolak jika perceraian tersebut dijadikan faktor utama penyebab segala kelakuan buruknya. “Saya sendirilah penyebabnya.” ujar Yoan.
“Hal itu (peristiwa perceraian orang tua) memang mempengaruhi saya. Namun, saya menganggap bahwa segala hal buruk yang saya lakukan berasal dari diri saya sendiri. Termasuk pilihan untuk terjebak dalam dunia narkoba.” tutur artis yang saat ini turut berperan dalam sinetron Dunia Tanpa Koma (DTK).
Menurut Yoan, banyak jenis obat penenang yang ditenggaknya saat itu. Seperti Magadon, Rohipnol, Dumolit, dan lain sebagainya. Teman-temannya saat itu juga banyak yang mempunyai berbagai masalah dan akhirnya menjadikan obat-obatan sebagai pelampiasan. “Jadi, senasib sepenanggungan lah. Tapi cara pelimpahannya saja yang salah.” Yoan menambahkan.
Tidak hanya obat penenang, saat itupun ia sering meminum minuman keras dan juga menghisap ganja. Semua itu dilakukan bersama teman-temannya. Singkat kata, hampir dua tahun Yoan menjalani kebiasaan tersebut.

Diterapi oleh Ibu Sendiri
Pihak sekolah pun curiga melihat kelakuan Yoan yang semakin hari semakin mencurigakan dan aneh. Di awal tahun ketiga SMA, akhirnya pihak sekolah memanggil orang tua Yoan. Sang ibu pun datang menghadap.
Ketika menghadap pihak sekolah, wanita berkulit putih itu sama sekali tidak membela putrinya. Malah, beliau seperti lepas tangan. Menurut Yoan, ibunya tahu bahwa anaknya yang bersalah dan pasrah terhadap sanksi apapun yang akan diberikan. “Bila memang dimungkinkan keluar, keluarkan saja dia.” ucapnya menirukan perkataan ibunya saat itu.
Namun, pihak sekolah masih bersikap lunak. Yoan hanya diberi sanksi wajib lapor setiap dua jam sekali selama dua minggu lamanya. Setiap dua jam Yoan harus melapor kepada guru Bimbingan Konselingnya bahwa ia masih dalam keadaan sadar dan tidak dalam pengaruh obat-obatan atau apapun.
Tanpa protes, segala sanksi yang ditimpakan kepadanya diterima dan dijalani. Bahkan, oleh ibunya banyak aturan yang akhirnya diterapkan. “Khususnya tentang makanan dan minuman. Semua yang dimakan harus sehat dan teratur. Pokoknya, seperti menjalani terapi yang dilakukan oleh ibu saya sendiri. Terapi mandi air panas dan air dingin.” tuturnya mengenang.
Hampir lebih dari seminggu perawatan diberikan oleh sang ibu kepada Yoan. Sejak saat itulah Yoan jauh dari obat-obatan dan bahan memabukkan lain yang penah dikonsumsinya. Hingga, iapun lulus dari sekolah menengah dan melanjutkan kuliah.

Kepergian Ibunda
Cobaan pun datang lagi. Secara lirih Yoan bertutur bahwa ibunda tercintanya divonis kanker oleh dokter. Dua jenis kanker ditemukan, yaitu kanker kelenjar getah bening dan kanker darah. Gejolak kehidupan pun mulai terasa. Terlebih, ekonomi keluarga juga sedikit terguncang. “Untuk satu kali kemoterapi aja, biayanya hampir 15 jutaan. Dan itu butuh berkali-kali.” ucap alumnus Sastra Inggris Universitas Indonesia ini.
Setelah enam bulan menjalani perawatan, tepat tanggal 22 November 1998, Yoan pun ditinggalkan selamanya oleh ibunda tercinta. Vonis dokter awalnya menyebutkan bahwa artis lawas yang tetap cantik di usia senjanya itu tidak akan bertahan hingga lebih dari enam bulan. Namun, kenyataannya hampir enam tahun lamanya ibu dari 2 anak ini dapat bertahan hidup.
Setelah sang bunda wafat, Yoan goyah kembali. Sikap tertutup dan pesimis kembali hinggap. Dua hari setelah peristiwa duka itu, ia dihinggapi rasa penyesalan yang begitu dalam. Saat itu Yoan langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu serapat-rapatnya.
Di dalam kamar gelap itulah putri sulung ini larut dalam kekecewaan mendalam. Ia merasa menyesal hidup di dalam keluarga yang penuh dengan kejadian yang menyesakkan. “Mau Tuhan apa sih? Mengapa saya hidup di dalam keluarga yang seperti ini?” ingatnya menirukan pertanyaan-pertanyan yang tercetus.
Ketika mengingat masa itu, Yoan sebenarnya juga sangat menyesal. Saat itu ibunya baru saja meninggal, namun ia malah berkutat dengan rasa pesimis yang menjadi-jadi. Ditambah lagi, ia harus berpikir untuk mengurus satu orang adiknya. Sampai-sampai, saat larut dalam penyesalan itu Yoan berkomitmen untuk tidak percaya lagi kepada Tuhan dan tidak ada Tuhan lagi dalam dirinya. “Padahal, saya juga berbicara seperti itu sambil menangis terisak-isak.” tuturnya datar.

Terjerat Putaw
Selang berapa lama dari kejadian tersebut, Yoan pun bekerja. Namun, di situ pula ia kembali terjerat narkoba. Saat itu putaw yang dicobanya. Dari cara dihisap hingga akhirnya disuntik, dijalankannya untuk narkoba jenis itu. Yoan tergolong parah dalam tingkat kecanduannya akan putaw. Dalam sehari saja, ia dapat menghabiskan 2 gram putaw. “Bahasa kerennya mah 2 gaw. Padahal untuk putaw sebanyak itu, uang yang dikeluarkan hampir 500 ribuan.” ujar artis yang turut berperan dalam film layar lebar “Detik Terakhir” ini.
Sambil bekerja, hidup Yoan dibuntuti oleh narkoba. Menurut pengakuannya, setiap setengah jam sekali ia harus mengkonsumsi putaw. Sampai-sampai, lemari loker tempat kerjanya pun penuh dengan alat-alat untuk memakai narkoba. Namun, walaupun saat itu harus mengeluarkan uang yang cukup besar untuk narkoba, perhatian kepada adiknya tidak pernah dilewatkan. Yoan tetap berusaha untuk menyisihkan penghasilannya membiayai sekolah adiknya semata wayang.

Dua Bulan di Jalanan
Saat itu, ibu asuh yang turut membesarkan Yoan sejak umur satu tahun, menyuruhnya pergi ke psikiater. Iapun menurut. Lebih dari satu kali Yoan pergi ke psikiater. Namun, tetap saja ia tidak bisa lepas dari putaw. “Kalau di salah satu psikiater itu ada obat yang diberikan untuk menghilangkan sakaw. Karena pemakai narkoba itu pastilah banyak trik, saya akhirnya beli obatnya sendiri. Jadi tanpa ke psikiater pun saya bisa minum obat itu dan mengontrol kapan saya bisa pakai putaw dan kapan saya harus minum obat tersebut. Lama-lama, karena zat tersebut bercampur, makin kacaulah saya.” terang Yoan.
Setelah itu, Yoan pun berhenti bekerja. Barang-barang miliknya sering dijual sekedar untuk membeli putaw. Hingga suatu saat, Yoan mengakui, bahwa ia pernah merasakan hidup di jalanan selama dua bulan. Saat itu ia tidak tentu arah, hingga tidur pun di pinggir rel kereta dan makan satu hari sekali. “Sampai saat ini, bila sedang berada dalam perjalanan dan melihat orang-orang yang hidup di jalan, saya jadi teringat pengalaman saya. Saya sering berkata dalam hati bahwa saya pernah merasakan itu.” ujarnya sambil menerawang.

Sembuh dengan Diri Sendiri
Saat masa-masa homeless itulah Yoan akhirnya tertangkap oleh polisi dan akhirnya dipenjara seperti diceritakan pada awal tadi. Empat tahun dirinya mengkonsumsi putaw, hampir tiga kali dirinya mengalami over dosis. Dalam waktu itu pula ia merasa sangat hancur dan sangat tidak berguna. Segala benda-benda miliknya habis terjual dan iapun menjauh dari sang adik.
Namun, Yoan pun akhirnya berpikir ulang. Diakui, dirinya sama sekali tidak pernah masuk panti rehabilitasi manapun. Namun, sampai sekarang ia dapat meninggalkan pengaruh narkoba yang pernah menghinggapinya. Ia dibebaskan setelah satu tahun menjalani masa tahanan. Saat ini, Yoan sangat bersyukur bahwa Tuhan masih melindunginya saat itu. “Sebab, walau apapun saya jual untuk mendapatkan barang haram tersebut, saya masih dilindungi oleh Tuhan bahwa saya tidak sampai terjerumus untuk menjual diri.” ungkap wanita yang sampai saat ini masih mengagumi almarhum ibunya.
Yoan menyimpulkan, bahwa secara fisik pengguna narkoba itu memang dapat sembuh, namun secara pikiran mereka susah untuk meninggalkannya. Karena itu, keinginan berhenti dan sembuh haruslah datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain. “Buatlah hidup ini berguna.” ucapnya tegas menutup pembicaraan malam itu dan pamit pulang. (IR)

Kisah Nyata – SADAR Okt 06 (Hal. 29-33)

2 komentar:

DEDI DWITAGAMA mengatakan...

Bp Bambang

Senang sekali dapat kontak, setelah sekian lama kita tak jumpa, semoga Bapak dalam sehat senantiasa.

Berbagai kegiatan Saya dapat dilihat di :
http://trainerkita.blogspot.com
http://dedidwitagama.wordpress.com
http://fotodedi.wordpress.com

Bang Hary mengatakan...

Sama-sama Pak Dedi, dan juga atas informasinya.

Salam,

Bambang H.