Percaya adanya Harapan dan Tidak Takut Menjalaninya


SETIAP orang tentu tidak ingin hidupnya terus terpuruk. Apalagi terpuruk dalam jurang narkoba. Keinginan untuk bangkit dari keterpurukan dan memperbaiki hidup yang telah rusak oleh narkoba pasti pernah hinggap di dalam hati sanubari setiap pecandu narkoba. Yang membedakan adalah, kemauan dan tekad dari dalam diri untuk bebas dari narkoba sehingga seorang pecandu bisa sukses mendapatkan gelar "mantan" atau tetap terpuruk dalam jurang narkoba yang sebetulnya telah mereka sadari sendiri penderitaannya.

Rasa itu juga yang hinggap dalam hati Dani (bukan nama sebenarnya, Red.), sosok Kisah Nyata SADAR kali ini. Semenjak dirinya memakai putau di awal memasuki masa kuliah tahun 1996 silam, keinginan untuk sembuh terus menghinggapi dirinya. Dani sadar, semenjak dirinya memakai barang haram tersebut hidupnya jadi tidak memiliki motivasi. "Make narkoba tuh bikin kita jadi orang yang tidak tahu tujuan hidup. Hidup kita sebenarnya untuk apa. Motivasi kita hidup, mau jadi apa, mau ngapain, semuanya jadi gak tahu, nge-blank (kosong, Red.) aja." ujar Dani.

Dani sebenarnya lebih senang menceritakan kehidupannya yang sekarang, dengan status saat ini yang sudah bisa dikatakan seorang eksekutif muda. Dani yang bekerja sebagai Sales Supervisor di sebuah merek mobil ternama ini mampu menuai penghasilan hingga 8-10 juta rupiah per bulan. Sebuah mobil keluaran terbaru yang dikendarainya saat ini merupakan hasil keringat sendiri. Pendapatan yang ia peroleh tergantung dari kemampuan Dani menjual berapa banyak unit mobil keluaran perusahaannya. Dani pun berusaha sekuat mungkin mencapai pendapatan yang besar karena biaya hidupnya sehari-hari juga besar. Lingkungan kerja yang mengharuskannya sering berhadapan dengan kalangan menengah ke atas, mau tidak mau mengharuskan perjaka ini mengerti dan terkadang ikut menjalani gaya hidup mereka. "Dan kalau saya sudah punya ukuran di mana saya hidup dengan biaya seperti itu, saya harus jaga itu." tutur Dani menjelaskan.

Biaya hidup yang membubung, menurut perhitungan Dani sebagian besar tersedot ke biaya BBM yang tiap hari harus ia keluarkan mengingat mobilitasnya yang sangat tinggi. Pada saat SADAR ingin bertemu dengan Dani untuk melakukan wawancara saja, Dani harus merelakan sedikit waktunya yang padat untuk bertemu relasi. "Saya habis ini ada janji dengan relasi di sebuah bank kawasan Menteng," katanya. Dalam satu hari Dani bisa saja harus meluncur dari kawasan Pondok Indah ke sentra bisnis Cikarang untuk bertemu pihak rekanan.

Semuanya Rusak

Kesibukan yang rutin dijalani, sama sekali tidak dikeluhkan oleh Dani. Baginya itu adalah perjuangan hidup yang harus dijalani karena saat ini ia sudah tahu tujuan hidup dan memiliki motivasi hidup. "Umur saya sekarang sudah 29 tahun, dan saat ini saja saya boleh dibilang belum jadi apa-apa, belum punya apa-apa. Kalaupun saya ingin menikahi seorang perempuan mau dikasih makan apa nanti? Saya juga belum memiliki tempat tinggal sendiri, masih numpang sama orang tua. Jadi masih banyak yang harus saya kejar." ucapnya dalam rentetan kalimat panjang.

Ketegaran, keuletan, dan semangat Dani menjalani hidupnya saat ini tidak terlepas dari kisah hidupnya yang pahit di masa lalu. Sebagai seorang pecandu putau, hidupnya bisa dibilang sudah pernah terpuruk sampai jurang yang terbawah. Semuanya rusak, dalam segala hal kehidupan Dani. Hubungan dengan keluarga menjadi tidak romantis, hubungan dengan teman-temannya juga hancur. Uang yang dihabiskan untuk membeli barang haram tersebut sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Terkadang Dani terpaksa mengambil barang-barang di rumah agar dia dapat membeli putau. Kuliah yang ia jalani sampai terbengkalai, dan puncaknya adalah Dani harus mengalami hidup terkungkung dalam penjara akibat tertangkap saat memakai putau. "Jadi saya udah ngalamin semuanya, dan karena saya tahu gimana gak enaknya, susahnya kedua orang tua ngurusin saya. Dan saya sadar kalau saya balik lagi seperti dulu, hidup saya mengalami kemunduran. Saya gak mau itu." ucapnya lirih.

Senang Mencoba Sesuatu yang Baru

Terperosoknya Dani ke dalam narkoba tidak terlepas dari kepribadiannya yang senang mencoba sesuatu yang baru. Sedari kecil Dani mengaku sangat penasaran apabila menemukan sesuatu yang belum pernah ia lihat dan belum pernah ia rasakan. Ditambah lagi Dani sosok pribadi yang supel dan senang bergaul atau kumpul bareng teman-temannya.

Dani dibesarkan dalam keluarga baik-baik dan menurutnya sederhana atau tidak terlalu kaya. Sampai saat ini ayah ibunya masih bersama dan hubungan dengan kakak dan adiknya juga baik-baik saja. Jadi intinya terjerumusnya Dani kepada narkoba tidak disebabkan oleh keluarga, melainkan karena faktor dirinya sendiri seperti yang telah ditegaskannya.
Dani menganggap masa kecilnya biasa-biasa saja. "Masa kecil saya biasa aja kayak anak-anak yang lain. Cuma mungkin karena saya gak pernah dapat kebahagiaan yang kayak gimana banget dalam keluarga, mungkin saya jadinya nyari ke temen-temen saya. Maksudnya senang-senang, karena didikan keluarga saya yang prihatin," ujar lelaki yang hobi otomotif ini.

Dari kecil ia dan dua saudara kandungnya dididik untuk menjadi orang yang prihatin. Dani tidak pernah diberi uang jajan. Bahkan dulu saat merayakan Idul Fitri, Dani dan kedua saudaranya tidak pernah dibelikan baju baru oleh sang ayah. "Walau begitu saya tetap merasa bahwa didikan orang tua saya yang paling bagus," ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini. Dani juga adalah seorang anak yang cerdas. Saat menempuh pendidikan di sekolah dasar Dani selalu mendapatkan ranking tiga besar. Waktu itu Dani bersekolah di sekolah katolik yang memiliki kedisiplinan luar biasa. Tapi memang dasarnya Dani adalah anak yang pandai, ranking tiga besar selalu dapat ia raih sampai akhirnya berhasil masuk ke SMP negeri.

Pada masa ini ketertarikan Dani akan dunia otomotif mulai muncul. Di saat teman-teman SMP yang lain lebih tertarik ikut kursus bahasa Inggris dan pelajaran yang lain, Dani malah memilih ikut kursus montir. "Jadi dari dulu saya sudah bisa nurunin mesin mobil dan naikin lagi," kenang Dani. Rupanya ketertarikan Dani tidak hanya di dunia otomotif. Awal mula Dani mencoba narkoba juga terjadi pada masa SMP. Saat dirinya menginjak kelas dua SMP, waktu itu ia dan temannya sering melihat kakak kelas mereka menghisap sejenis rokok yang dilinting sendiri. Rasa penasaran membuat Dani dan temannya kemudian meminta untuk mencoba barang tersebut dan sang kakak itupun membolehkan. Rasa cimeng atau ganja untuk pertama kalinya Dani rasakan. "Rasanya sih aneh aja, pusing!" ucap Dani. Tapi kemudian Dani dan temannya ingin mencoba lagi barang tersebut, karena katanya barang itu bisa membuat kita gembira karena selalu tertawa. Akhirnya mereka berdua membeli cimeng, dan dipakai di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ternyata benar, setelah sekian lama Dani memakai cimeng ternyata cerita tentang efek cimeng itu benar-benar ia rasakan. "Lucu bisa ketawa-ketawa dan lari-larian yang nggak genah (tidak jelas, Red.) gitu deh." ujar Dani.

"Setelah itu saya jadi nyobain yang lainnya seperti minuman. Tapi saya tidak kecanduan cimeng. Sampai saya SMP kelas 3 saya terus make cimeng dan minum minuman keras, tapi jarang. Paling kalau lagi ngumpul-ngumpul bareng temen, 3 bulan sekali mungkin. Atau pas week end jaman-jaman dulu diskotik pas lagi nge-boom, karena saya make itu memang buat seru-seruan aja, suasana jadi lebih asyik dan hidup aja." kenang Dani.

Pada masa SMP, Dani tetap mampu meraih ranking tiga besar di kelasnya. Dani mengaku pemakaian narkoba jenis cimeng dan minuman keras belum mempengaruhi kinerja otaknya karena dia jarang memakai barang tersebut. Dasarnya cerdas, lulus dari SMP Dani mampu menembus salah satu SMA unggulan di Jakarta.

Pada masa itu, persaingan untuk menjadi yang terbaik di kelas sangat ketat. Ditambah intensitas bergaul Dani yang semakin sering, menyebabkan dirinya banyak mencoba jenis-jenis narkoba yang lain. "Setelah menginjak masa SMA, kita kan pasti dikasih kepercayaan lebih. Dikasih mobil sendiri, boleh pulang agak pagi, malah boleh gak pulang. Jadi intensitas untuk makai dan nyoba-nyoba drugs yang lain lebih bebas dibanding SMP." ujar penggemar berat dari Mika Hakinnen ini. Menurut Dani, narkoba seperti cimeng dan minuman keras sebenarnya tidak membuat dirinya kecanduan. "Soalnya saya make kan untuk seru-seruan aja, bukan merupakan kebutuhan. Jadi tidak menimbulkan adiksi bagi saya." ucap lelaki yang menyukai segala jenis makanan ini.

700 Ribu Sehari untuk Putau

Malapetaka akhirnya datang ketika Dani mencoba barang bernama putau. "Waktu itu saya baru memasuki masa kuliah, tahun 1996. Ada teman yang sudah lama tidak bertemu, dia dulu nongkrong bareng sama saya, tapi dia lama nongkrong di tempat lain, dia masuk ke tongkrongan kita lagi dan dia bawa barang baru itu, putau. Saya nyobain lagi. Awalnya biasa aja, malah lebih aneh lagi rasanya dari pas nyoba cimeng dulu. Pertama saya nyoba tuh malah muntah-muntah, gak ada enak-enaknya sama sekali deh pokoknya. Kalau cimeng sama minum kan gak terlalu bikin addict banget, soalnya bisa kita takar. Tapi kalau putau ini jahat banget, gak akan ada kata cuma sekali nyoba, pasti lu akan pake untuk yang kedua, tiga dan seterusnya." papar Dani.

Sejak saat itu, hidup Dani mulai hancur. Pertemanannya bubar, karena setelah mereka mencoba putau, kepribadiannya berubah menjadi mudah curiga dan sirik dengan yang lain. Uang hasil kerja kerasnya jual beli mobil bekas juga ludes untuk membeli barang haram ini. Sesekali Dani juga mengambil barang milik ibunya karena dalam satu hari minimal ia menghabiskan uang Rp 700 ribu untuk membeli putau. Hubungan dengan keluarga jadi tidak harmonis. Kuliah jadi tidak terurus. Awalnya orang tua Dani tidak curiga kalau penyebab perubahan sang putra adalah karena putau, tapi lebih fokus pada kuliahnya yang tidak terurus saat itu.

Selama empat tahun Dani menjadi budak putau. Ia memakai putau dengan cara disuntik memakai insulin. "Satu hari bisa make satu setengah gau atau gram. Sekali masukin ke insulin bisa seperempat gau. Satu hari bisa sekitar enam kali pake, 3 kali pagi, 3 kali dari sore ke malam sampai paginya lagi untuk koncian (pemakaian terakhir, Red.). Pokoknya udah ngalamin yang badan tuh tidak bisa ngapa-ngapain lagi, make udah gak kerasa lagi, badan udah nolak sendiri, sampai muntah-muntah." kenang Dani.

Menurut Dani, kalau sedang sakaw atau nagih, rasanya tidak karuan. Di satu sisi dirinya hopeless (putus harapan, Red.) karena badan sudah tidak bisa berbuat apa-apa, yang minta ibaratnya badan tapi pikiran tidak tahu ke mana. "Rasa sakitnya sih udah gak bisa diceritain. Pada saat sakaw ibaratnya kalau kita disuruh bunuh presiden dengan imbalan dikasih uang untuk beli putau, lu pasti akan kerjain, "ucap Dani. Tiap hari rasa sakaw itu pasti dirasakan oleh Dani, dan setiap sakaw itu juga ia harus putar otak agar bisa membeli putau. "Kita harus bisa survive, bagaimanapun caranya." Dani menambahkan.


Pembelajaran di Penjara
?
Setiap pemakai yang ingin sembuh pasti punya titik balik. Alasannya bisa macam-macam - ada yang karena orang tuanya meninggal, temannya OD (over dosis), dan lain-lain. Dani pun mengalami itu. Tahun milenium 2000, Dani mulai sadar. Teman-temannya sudah banyak yang sembuh dan sukses, di samping banyak juga yang menemui ajal. Ia sadar harus memilih mau ke mana hidupnya, sembuh atau mungkin mati. Ia lalu meminta kepada orang tuanya agar diobati. Namun apa daya, Dani tidak kuat, akhirnya ia relaps atau balik lagi memakai putau. Orang tuanya tidak patah arang dan kembali mengobati Dani, tapi lagi-lagi ia relaps hingga sang orangtua menyerah.

Tahun 2001, ketika Dani dan seorang kawannya sedang memakai putau di sebuah museum di Jakarta, ia tertangkap basah oleh seorang tentara dan akhirnya mereka berdua digelandang masuk penjara. Karena usaha yang dilakukan oleh orang tuanya, Dani akhirnya bisa direhabilitasi terlebih dahulu ke panti rehabilitasi Pamardi Siwi, Cawang. Selama empat bulan, lelaki tinggi besar ini harus menjalani terapi dan rehabilitasi. "Saya belajar banyak di Pamardi Siwi. Di sana kita nyuci sendiri, ngerjain apa-apa sendiri yang tadinya semua itu tidak pernah saya lakukan. Pokoknya kotoran yang saya pakai sehari-hari, harus dibersihin sendiri. Banyak aktivitas yang membuat saya tidak bergantung pada orang lain." ujar Dani.

Setelah selesai menjalani rehabilitasi, Dani harus merasakan kembali dipenjara. Walaupun menunggu sekian lama, akhirnya keputusan hukum untuknya turun juga. Dani diputuskan bersalah dan harus menjalani hukuman tujuh bulan penjara dikurangi masa tahanan. "Saya sudah dipenjara dua bulan di polsek. Akhirnya saya harus menjalani hukuman itu lima bulan lagi tapi dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang khusus narkoba." tutur Dani.

Pengalaman di Lapas narkoba Cipinang menurut Dani biasa-biasa saja. "Di sana sih senang-senang aja, udah seperti satu RT, gak ada susahnya. Tidak seperti ketika saya dipenjara di polsek." ucap Dani. Di penjara polseklah dani mengalami cobaan hidup yang begitu berat. "Saya dikasih contoh sama Allah. Di situ saya dikasih lihat masih banyak orang yang lebih susah daripada saya, masih banyak yang dikasih beban yang lebih berat daripada saya. Saya jadi sadar bahwa keadaan saya seperti ini sudah untung banget. Alhamdulillah saya baru dikasih ujian kayak gini. Mental saya diuji begitu masuk penjara, kadang naik kadang jatuh banget." tutur Dani. Sejak itu ia bersumpah tidak akan memakai putau lagi, dan ingin segera membangun kembali puing-puing hidupnya yang hancur.

Motor Butut Pinjaman

Juli 2003, setelah menjalani sisa hukuman selama lima bulan di Lapas Cipinang, Dani pun akhirnya bebas. Selama dua bulan Dani tidak ada kegiatan. Untuk mengisi waktunya yang kosong, Dani mencoba membangun kembali usaha jual beli mobil bekasnya yang terbengkalai. Tetapi tidak banyak yang bisa dibangun karena ia tidak punya uang lagi. Meminta uang kepada orang tua, Dani berpikir ulang. "Saya malu, sudah membuat orang tua susah. Mereka sudah habis sekitar 150 juta-an untuk mengurusi saya waktu di penjara. Jumlah itu kan tidak sedikit, padahal keluarga saya bukan keluarga kaya. Mungkin uang itu adalah tabungan orang tua untuk beli sesuatu, malah habis untuk mengurusi saya." Dani mengemukakan alasannya. Ia bahkan merasa malu sekali ketika sang ayah membelikannya rokok karena kasihan melihat anaknya itu tidak merokok karena tidak punya uang.

Pengalaman dipenjara membuat Dani menjadi orang yang kuat. Dani tidak ingin terus-menerus terpuruk, ia lalu mencoba mencari pekerjaan "Saya mencari lowongan di koran selama dua bulan. Karena saya toh tidak bodoh-bodoh banget dan saya punya keahlian di bidang otomotif. Akhirnya saya kepikiran kenapa tidak mencoba menjadi seorang sales mobil. Berbagai merek saya lamar, dan alhamdulillah diterima."

Pertama kali Dani bekerja, ia tidak memiliki baju, dasi, dan celana yang pantas. Handphone dan motor yang menjadi dua perangkat wajib untuk seorang sales, ia juga tidak punya. Beruntung temannya ada yang meminjamkan pakaian kerja dan ayahnya juga meminjamkan motor butut merek Honda Astrea. Handphone dan kartu perdana ia dapat dari uang hasil jualan barang elektronik kepada saudara-saudaranya. "Pengalaman hidup saya dulu membuat saya tahu gimana caranya bertahan hidup. Di dunia kerja pun akhirnya saya bisa survive, di bulan pertama saya bisa jualan mobil satu, begitu juga di bulan-bulan berikutnya. Saya sadar bahwa saya sendiri yang nyeleneh di keluarga, padahal keluarga saya baik-baik. Cuma saya yang bikin ulah. Tapi ya mungkin itu proses hidup saya. Yang saya lihat di sini positifnya, mungkin dengan saya seperti itu, seneng gaul, nongkrong, sampai akhirnya nyoba-nyoba. Tapi saya ngerasa saya jadi banyak ketemu orang jadi saya juga bisa tahu orang. Bisa tahu gimana cara mendekatkan diri sama orang. Kan yang namanya di kerjaan, bukannya penjilat ya, bagaimana pendekatan kita ke atasan ataupun temen sekantor. Positifnya, ex-user (mantan pemakai narkoba, Red.) itu jadinya lebih kreatif. Karena pengalaman saya memasukkan teman-teman yang juga ex-user di tempat kerja saya juga begitu." ungkapnya panjang lebar seraya menambahkan bahwa bukan berarti sales yang bukan mantan pemakai itu tidak kreatif.

Jangan Takut

"Semenjak saya masuk penjara saya sudah tidak memakai putau. Sampai sekarang saya sudah lima tahun drug free." ujar lelaki yang hobi menata mobil bekas ini bangga. Kondisi seperti ini menurut Dani hanya bisa dicapai apabila kita memiliki hope atau harapan untuk sembuh. "Trust hope, kita harus percaya sama harapan-harapan kita, not fear jangan ketakutan." Karena menurut Dani takut hanya akan menimbulkan pikiran negatif yang belum tentu benar. Dani mengatakan bahwa dirinya bisa menjadi contoh bahwa mantan pemakai narkoba pun mempunyai masa depan, asalkan mau berusaha untuk meraihnya. Dani menghimbau bagi orang yang masih memakai agar berhenti dari sekarang. "Lo pakai narkoba cuma dapat dua hal, yang pertama ke rumah sakit, mungkin mati dan yang kedua berurusan sama hukum atau dipenjara. Kalau lo pake terus, umur lo sekarang sudah berapa? Masih banyak yang belum lo lakuin di hidup ini, yang bisa bikin hidup lo bahagia seperti bekerja, beli barang-barang, rumah. Nikah, punya anak terus ngeliat anak lo nikah. Kalau lo masih make, lo mau ngelakuin kapan?" tantang Dani sekaligus menutup perbincangan sore itu. (DIM

0 komentar: